Selasa, 16 Mei 2017

SDIT Al - Amin The Last

Sebuah sekolah dasar Islam yang baru berdiri di dalam komplek perumahan Sawangan Elok yang terletak di kelurahan Durenseribu kecamatan Bojongsari kota Depok. Tidak jauh dari pasar Parung kira kira jaraknya 1,5 Km. Di depan sekolahnya terdapat kolam besar atau warga tersebut biasa menyebutnya (empang), di setiap bangunan di tempel poster bertuliskan “ jangan lupa 5 S Senyum, sapa, salam, sopan, santun” kita bias mendapatinya di depan ruang guru, di tembok rumah kepala sekolah sekaligus pemilik sekolah, dan di setiap bangunan kelas. Di depan rumah Ustadz atau kepala sekolah atau juga pemiliknya, ada 3 anak perempuan yang sedang menuju ke kantin, terdengar juga suara lankah kaki anak yang sedang berlari dan berteriak ”somay, somay!” adapula yang sedang bercanda dengan temannya dan ada yang berkumpul di depan kelas sambil bermain permainan tangan. Pintu kelas 1 ada yang terbuka disini laki laki dan perempuan dipisah kelasnya.
Senin pagi, terlihat banyak siswa dan siswi yang berdatangan menuju pintu gerbang. Bel masuk biasa nya Pukul 07.30 dan saya datang pukul 07.00 untuk mengatar adik saya yang sekolah disana. Ada siswa yang diantar orang tuanya menggunakan kendaraan sepeda motor. Ada juga yang jalan kaki dari rumahnya, karena rata-rata siswa sekolah di SDIT ini rumahnya dekat. Ketika melewati pintu gerbang dan kita menengok sebelah kiri maka disitu ada 1 bangunan yang di bagi dua pintu. Ya, itu adalah kantin sekolah, yang di tempati oleh salahsatu orangtua murid. Kebetulan, saya kenal dengan orangtua murid yang menempati kantin tersebut, dua ibu kantin tersebut termasuk jamaah Yayasan yang dekat dengan rumah saya. Salahsatu dari ibu kantin tersebut adalah tetangga saya yang bernama Sukaesih. Beliau janda 3 orang anak, suami nya meninggal pada hari Jumat tanggal 28 Syaban 1437 H sehari sebelum memasuki bulan suci ramadhan. Tetangganya biasa memanggilnya Umi termasuk saya juga. Ibu kantin yang satunya tinggal di kampung sebelah yang dekat dengan SDIT namanya Siti Juriah beliau juga janda dan mempunyai 4 orang anak. Warga sekolah sangat akrab dengan mereka berdua.
            Lalu  ada 5 orang anak perempuan datang dari arah selatan atau ujung dari arah kiri masjid mereka mengenakan pakaian olahraga dan menggandeng tas mereka, lalu menuju ke arah jalan sempit diantara bangunan kelas 1  dan bangunan yang sedang dibangun. Terdengar seperti air hujan namun, matahari masih sangat cerah, ternyata sebuah air yang jatuh dari lantai 2 yang sedang ada pembangunan untuk ruang kelas baru, diatas terdapat 5 tukan kuli bangunan yang sedang bekerja. Disebelah bangunan yang sedang di bangun, ada rumah berwarna putih dengan 3 lantai, lantai pertama diisi dengan rumah salah seorang guru sekaligus adik dari ustadz atau pimpinan sekolah SD tersebut, di lantai dua nya untuk ruang kelas, sedangkan lantai 3 nya untuk kamar para santri yang menginap, akan tetapi kamar tersebut kosong karena para santri sedang sekolah. Kamarnya seperti kamar santri pada umumnya yang masih berantakan. Tiba tiba terdengar suara yang sangat berisik dari lantai dua bangunan yang sedang dibangun “tong, tong, tong” begitulah suaranya seperti dua buah besi yang dibenturkan.
Jam 09.05 bel Istirahat pertama berbunyi, tidak lama kemudian banyak anak anak berlarian keluar kelas sambil berteriak teriak. Nampaknya sudah waktunya istirahat, anak2 berlarian ke kantin ada juga yang bermain di depan kelas. Suasana di kantin sangat ramai. Tidak jauh dari ruang guru terdengar suara anak menangis dan terlihat beberapa anak mengerumuninya. Lalu ada seorang anak laki laki yang berlari dan berteriak sambil tertawa “haha, Cuma boongan” kemudian anak yang menangis tersebut bangkit dan berteriak mengageti teman2 yang mengerumuni dirinya sambil berlari dan tertawa.
                Seorang anak bertanya “bu ini berapa?” “gopean” kata ibu kantin. Tidak lama kemudian datang ibu2 dengan membawa dua plastic hitam besar, dan menggunakan kerudung langsung berwarna merah muda. Lalu meletakkan plastik tersebut kemudian membuka pintu warung satu lagi yang sebelumnya ditutup. Langsung menarik banyak anak2, warung tersebut sudah dikerubuti 7 orang anak yang ingin membeli. Warung nya mejual makanan ringan, dan aneka minuman, gak jauh berbeda dengan warung yang sudah dibuka sebelumnya, namun yang berbeda warung disebelahnya menjual seperti sosis bakar dll. Salah seorang ana bertanya “mi, mi kembali seribu mi” wanita tersebut biasa dipanggil umi oleh anak2 karena beliau janda. Disini tidak ada persaingan antar warung karena disini sudah seperti keluarga. Tidak jauh dari warung terdapat jalan menuju belakang, dibelakang tersebut ada kebun ilalang dan cahaya matahari yang lewat sangat hangat.
                Depan rumah Ustadz Muhsin (pemimpin sekaligus kepala Sekolah) ada orangtua murid yang berkunjung sambil mengucapkan salam “Assalamualaikum” lalu terdengar sautan dari dalam rumah “Wa’alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh, aissshhh uda Rizal” sapa ustadz akrab dengan orangtua tersebut. Setiap kelas susunan tempat duduknya berbeda beda, ada yang berbentuk U ada yang berbaris, ada yang mengitari kelas, susunannya berganti – ganti. Kantor dan ruangan T.U di satu ruangan karena lahannya terbatas.
                Karena keterbatasan lahan, sekolah ini tidak terlalu banyak bangunan. Namun, banyak ruangan-ruangan kelas yang terpencil. Sekolah ini juga pada tahap pembangunan. Dibelakang musholla, Ada sebuah mobil besar didepan kantin tersebut, sepertinya itu adalah mobil untuk alat menyalurkan semen ke lantai dua bangunan di samping kiri musholla. Disitu ada tangga menuju lantai 2 musholla yang menjadi kelas. Sebelah rumah kepala sekolah ada ruang kelas 3C, disebelahnya lagi ada kelas 2B, dan sebelahnya lagi pintu masuknya dekat dengan pintu masuk Musholla dan letak kelasnya berada di belakang musholla. Jika dari dalam musholla dibelakang yang tadinya untuk tempat wanita sholat, sekarang menjadi kelas 1B. Setelah disamping kanan musholla (arah utara) disebelah kiri musholla (arah selatan) terdapat 5 ruangan kelas. Sebelah 5 kelas tadi ada rumah putih di dalamnya ada ruang tamu, ruang UKS, dan kamar adiknya kepala sekolah. Dibelakang rumah putih ada 1 kelas, jika kita kebelakang, ada dua lantai ke atas. Di lantai 2 terdapat 2 kelas dan di lantai 3 terdapat 2 kelas, juga terdapat tempat wudhu dan ada  1 kamar mandi. Jalan lagi ke depan menuju rumah Putih. Rumah putih ada 3 lantai, Lantai pertama yang tadi sudah disebutkan yang ada ruang UKS nya, dilantai 2 nya dipakai untuk kelas tak jauh dari tangga menuju lantai 2,5 ada 2 kamar mandi, di lantai antara 2 dan 3 terdapat 2 kamar mandi santri dan di lantai 3 ada kamarnya santri Pondok Pesantren Al – Amin.
                Santri pondok pesantren Al-Amin kira – kira berjumlah 15 orang dan ada 3 orang pembimbing termasuk adiknya Ustadz. Mereka yang SMP bersekolah di luar  dan yang di SD di SDIT nya ada juga yang tidak sekolah. Bel berbunyi istirahat pun selesai pukul 09.35. Ada anak yang berteriak didepan pintu kelasnya “woyyy!!! Udah masuk!!!” banyak anak2 yang berlarian masuk kedalam kelasnya masing masing. SDIT awalnya mengambil guru dari keluarga dan teman terdekat yang awalnya guru ngaji di tpa Al-Amin. Sebelumnya kelas 3B dan 3C Laki-laki yang olahraga setelah istirahat gentian kelas 3A perempuan yang berolahraga dilapangan. Melihat cara mengajar gurunya rata-rata menggunakan ceramah dan diajarkan cara berdiskusi. “ ’amma yatasaaa alun” suara anak-anak sedang membaca surat an-naba. Yang berolahraga cuacanya sedang mendukung, tidak terlalu panas dan juga tidak mendung. Ketika jam 01.00 anak – anak kelas satu sudah pulang. Saya kembali ke sekolah ini lagi pada jam 01.50 untuk menjemput adik. Normalnya selain kelas 1 dan 2, kelas 3 sampai kelas 6 bubar jam 02.00 . Ada beberapa murid yang megikuti pelajaran tambahan atau biasa disebut les. Untuk yang mengikuti pelajran tambahan, mereka pulang pada jam 03.00.

SDIT Al-Amin 4

Bel berbunyi istirahat pun selesai pukul 09.35. Ada anak yang berteriak didepan pintu kelasnya “woyyy!!! Udah masuk!!!” banyak anak2 yang berlarian masuk kedalam kelasnya masing masing. Ada juga beberapa anak yang masih di kantin dekat gerbang. Oh iya disini ada dua kantin. Yang pertama kantin dekat gerbang dan yang kedua ada dibelakang musholla. Kantin dibelakang musholla, bertanda “Kantin anak sehat”. Saya diizinkan masuk kedalam kantor, di dalam ada beberapa computer terlihat rak berkas berkas sekolah. Karena sekolah ini memiliki lahan yang tidak terlalu luas dan masih dalam tahap pembagunan. Maka ruang t.u dan ruangan guru disatukan. Para pengajarnya awalnya hanya relawan dari keluarga dan teman terdekat yang awalnya guru ngaji di tpa Al-Amin. Sebelumnya kelas 3B dan 3C Laki-laki yang olahraga setelah istirahat gentian kelas 3A perempuan yang berolahraga dilapangan. Melihat cara mengajar gurunya rata-rata menggunakan ceramah dan diajarkan cara berdiskusi. “ ’amma yatasaaa alun” suara anak-anak sedang membaca surat an-naba. Yang berolahraga cuacanya sedang mendukung, tidak terlalu panas dan juga tidak mendung. Ketika jam 01.00 anak – anak kelas satu sudah pulang. Saya kembali ke sekolah ini lagi pada jam 01.50 untuk menjemput adik. Normalnya selain kelas 1 dan 2, kelas 3 sampai kelas 6 bubar jam 02.00 . Ada beberapa murid yang megikuti pelajaran tambahan atau biasa disebut les. Untuk yang mengikuti pelajran tambahan, mereka pulang pada jam 03.00 

SDIT Al-Amin 3

Jam 09.05 bel Istirahat pertama berbunyi, banyak murid yang berlarian keluar dari kelasnya. Ada murid yang bermain kejar-kejaran ada yang diam di kelas mengobrol dengan temannya, ada juga yang jalan bergerombol menuju kantin. Depan rumah Ustadz Muhsin (pemimpin sekaligus kepala Sekolah) ada orangtua murid yang berkunjung sambil mengucapkan salam “Assalamualaikum” lalu terdengar sautan dari dalam rumah “Wa’alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh, aissshhh uda Rizal” sapa ustadz akrab dengan orangtua tersebut. Saya melihat kelas 3C  formasi bangku nya menempel pada dinding sehingga memutari guru. Ruang kelasnya berisi 25 anak, dindingnya dihiasi karya anak-anak kelas 3C. Kelas ini laki laki semua, karena disini perempuan dan laki laki dipisah. Main lagi kesebelahnya ada kelas 2B formasi bangku nya normal seperti sekoah pada umumnya dan masih kelasnya anak laki laki. Kesebelahnya lagi, ada kelas 1B. Kelas ini tepat dibelakang musholla (bekas shaf perempuan) kelas ini tidak terlalu luas jadi susunan bangkunya normal. Kelas 1B yang asli sedang dibangun (disamping rumah Putih). Ada murid kelas 3 B dan C habis pelajaran olahraga. Lapangan SDIT ini berada diluar disebelah kiri rumah Putih. 

SDIT Al - Amin 2

Senin pagi, terlihat banyak siswa dan siswi yang berdatangan menuju pintu gerbang. Bel masuk biasa nya Pukul 07.30 dan saya datang pukul 07.00 untuk mengatar adik saya yang sekolah disana. Ada siswa yang diantar orang tuanya menggunakan kendaraan sepeda motor. Ada juga yang jalan kaki dari rumahnya, karena rata-rata siswa sekolah di SDIT ini rumahnya dekat. Ketika melewati pintu gerbang dan kita menengok sebelah kiri maka disitu ada 1 bangunan yang di bagi dua pintu. Ya, itu adalah kantin sekolah, yang di tempati oleh  orangtua murid. Kebetulan, saya kenal dengan orangtua murid yang menempati kantin tersebut, dua ibu kantin tersebut termasuk jamaah Yayasan yang dekat dengan rumah saya. Salahsatu dari ibu kantin tersebut adalah tetangga saya yang bernama Sukaesih. Beliau janda 3 orang anak, suami nya meninggal pada hari Jumat tanggal 28 Syaban 1437 H sehari sebelum memasuki bulan suci ramadhan. Tetangganya biasa memanggilnya Umi termasuk saya juga. Ibu kantin yang satunya tinggal di kampung sebelah yang dekat dengan SDIT namanya Siti Juriah beliau juga janda dan mempunyai 4 orang anak. Warga sekolah sangat akrab dengan mereka berdua. Tepat didepan kantin terdapat bangunan, disitu untuk ruang guru dan disebelah ruang guru dan masih satu bangunan, ada rumah tempat tinggal kepala sekolah sekaligus pemimpin Pondok Pesantren Al - Amin. Sebelah rumah kepala sekolah ada ruang kelas 3C, disebelahnya lagi ada kelas 2B, dan sebelahnya lagi pintu masuknya dekat dengan pintu masuk Musholla dan letak kelasnya berada di belakang musholla. Jika dari dalam musholla dibelakang yang tadinya untuk tempat wanita sholat, sekarang menjadi kelas 1B. Setelah disamping kanan musholla (arah utara) disebelah kiri musholla (arah selatan) terdapat 5 ruangan kelas. Sebelah 5 kelas tadi ada rumah putih di dalamnya ada ruang tamu, ruang UKS, dan kamar adiknya kepala sekolah. Diatas musholla ada kelas juga yang tadinya dipergunakan untuk sholat. Dibelakang rumah putih ada 1 kelas, jika kita kebelakang, ada dua lantai ke atas. Di lantai 2 terdapat 2 kelas dan di lantai 3 terdapat 2 kelas, juga terdapat tempat wudhu dan ada  1 kamar mandi. Jalan lagi ke depan menuju rumah Putih. Rumah putih ada 3 lantai, Lantai pertama yang tadi sudah disebutkan yang ada ruang UKS nya, dilantai 2 nya dipakai untuk kelas tak jauh dari tangga menuju lantai 2,5 ada 2 kamar mandi, di lantai antara 2 dan 3 terdapat 2 kamar mandi santri dan di lantai 3 ada kamarnya santri Pondok Pesantren Al - Amin

Senin, 15 Mei 2017

Nuansa Islam dalam Pengajian

Pengajian ini merupakan pengajian yang diadakan setiap hari selasa dan jumat ba’da Maghrib, yang di ikuti oleh kalangan anak-anak baik tingkatan SD hingga SMA. Tempat pengajian mereka ini berada di daerah Jakarta Selatan, jalan raya buncit dekat penvil (Pejaten Vilage). Mereka tidak hanya mengaji dengan membaca al-quran saja yang disimak oleh guru mereka, bahkan pengajian mereka juga membahas dan mendalami ilmu-ilmu agama diantaranya ilmu tauhid, fiqih dan tasawuf. Mayoritas anak-anak yang mengikuti pengajian adalah penduduk daerah tersebut, bahkan diantaranya ada yang bertetangga dekat.

Pada hari selasa,  pukul 18:10 WIB. Beberapa penduduk warga sekitar ada yang sudah bersiap-siap berangkat menuju musholla untuk menunaikan ibadah sholat maghrib berjama’ah, diantaranya ada beberapa anak-anak yang ingin pergi ke musholla untuk melakukan sholat maghrib berjamaah, beberapa menit terdengar suara “ Allahhu Akbar.. Allahhu Akbar….”suara yang begitu tidak asing lagi kita dengar, ya adzan berkumandang seorang bapak-bapak tidak telalu tua melantunkan adzan tersebut sebagai tanda bahwa waktu sholat telah tiba, beberapa orang dan anak-anak berdatangan dari rumah mereka untuk ke musholla, sepuluh menit kemudian seorang anak sekitar umur 15 tahun berdiri untuk iqamah dan melakukan ibadah sholat maghrib berjama’ah yang di imammi oleh sesepuh disitu. Setelah selesai sholat berjama’ah beberapa orang dan anak-anak keluar meninggalkan musholla tersebut, ada yang langsung bergegas pulang ke rumah, dan anak-anak yang mengikuti pengajian setelah maghrib langsung bergegas ke tempat majlis dan menunggu kedatangan ustadz mereka yang sedang dalam perjalanan. Disini mereka mengadakan pengajian tidak di musholla akan tetapi mereka mengadakan pengajiannya di rumah pak Rt yang dijadikan sebagai tempat majlis ta’lim, karena musholla tersebut kecil tidak terlalu besar dan juga tidak ada tempat khusus untuk anak pengajian tersebut karena halamannya tidak terlalu luas hanya beberapa meter saja, kawasan musholla ini terletak di pemukiman padat di daerah jalan raya buncit wiraguna dan  musholla tersebut masih dipakai untuk berdzikiran setelah sholat berjama’ah dan juga di khawatirkan anak-anak berisik atau mengganggu ke khusyuan dzikir mereka. Beberapa anak ada yang sudah sampai duluan dan ada yang baru datang ke tempat majlis tersebut, ada yang sedang bercanda ada juga yang mengobrol dipotong dengan pertanyaan seorang anak laki-laki yang menanyakan PR sekolah mereka kepada temannya “ri, besok ada PR gak?” Ari menjawab pertanyaan Adi dengan keraguan “kayaknya gak ada PR besok di…” walaupun ekspresi Ari seolah-olah sedang berusaha untuk mengingat tugas sekolah besok. Tidak lama kemudian ada orang yang sedang memakirkan motornya di pinggir rumah tempat majlis ini, seorang anak laki-laki berumur sekitar 10anmemberi tahu bahwa Pak Ustadz  sudah datang “udah ada pak ustadz! Anak tersebut memberi tahu agar supaya teman-temannya tidak terlalu berisik seperti sebelum ustadz mereka datang. “Assalamualaikum… Sudah lama nunggu?” Pak Ustadz memberi salam sembari membenahkan jaketnya dan dibarengi dengan bersalaman dan mencium tangan pak Ustadz tersebut ada juga yang tidak bersalaman. Mereka kebanyakan anak perempuan yang sudah mengalami menstruasi karena dalam mazhab imam syafi’i terjadinya batal wudhu jika keduanya sudah sama dewasa atau baligh. Kemudian beberapa anak-anak pengajian tersebut menjawab “wa’alaikum salam, baru pak” barulah ustadz itu duduk dihadapan murid-muridnya dan meminum air yang sudah disediakan diatas mejanya, setelah minum airnya sekitar 1 menit kemudian pak Ustadz memulai dan mengawali dengan membaca surat Al-fatihah dan di ikuti oleh semua murid2nya setelah membaca surat Al-fatihah murid yang datang pertama dialah yang mengaji duluan yang akan disimak oleh gurunya sendiri. Beberapa anak ada yang sudah lancar dalam membaca Al-qur’an dan ada juga yang masih tersendat-sendat dalam membaca Al-qur’an, mereka yang membacanya masih tersendat-sendat tidak kalah juga dalam semangat mengaji agar bacaan mereka bisa lancar. Waktu terus berjalan satu persatu anak-anak didiknya sudah membaca Al-quran yang didengarkan oleh Ustadznya kemudian semua membuka kitab fiqh yaitu safinatun naja’ membahas tentang “Thaharah” masalah (air suci mensucikan), diterangkan oleh Ustadz tersebut masalah-masalah air yang boleh dipakai untuk bersuci diantaranya berwudhu, mandi dan untuk bersuci. Pukul 20:00 WIB, setelah pengajian tersebut telah selesai Ustadz sedang berapi-rapi untuk melanjutkan ke tempat majlis di daerah lain anak-anak bersalaman dan menunggu Ustadznya pergi dahulu, karena mereka menghormati Ustadnya agar tidak su’ul adab. Pengajian mereka ini sengaja di mulai ba’da maghrib karena kesibukan sekolah mereka yang belajar dari pagi sampai sore, namun mereka tidak mengenal lelah dalam mencari ilmu untuk bekal hidup mereka.

Hari Jumat malam sabtu, waktu sudah menunjukkan pukul 18:20 satu persatu anak-anak berdatangan dari musholla menuju tempat majlis dengan membawa Al-quran dan buku tulis yang mereka pegang di tangan kanan mereka dengan mendekatkan ke dada mereka sebagai adab dan sopan santun dalam membawa Al-quran dan buku tulis mereka setiap berangkat ke tempat majlis, perbuatan tersebut sudah menjadi kebiasaan mereka membawa Al-quran dan buku tulis dengan mendekatkan ke dada mereka kemudian meletakkannya di tempat lekarnya masing-masing atau semacam meja kecil yang biasa digunakan ditempat majlis, rata-rata mereka semua membawa al-quran dan buku tulis tanpa menggunakan tas atau semacam kantong untuk memudahkan mereka membawa al-quran dan buku tulis, namun perbuatan tersebut tidak membuat mereka patah semangat dalam mencari ilmu.
Seorang anak bernama Ali (nama samaran) yang masih belasan tahu baru saja selesai membaca alquran dengan ustadnya kemudian secara bergiliran dengan temannya yang sudah menunggu, Ali yang sudah selesai membaca alquran dengan ustadnya namun dia tidak menulis catatan buku fikih yang sudah dikasih oleh ustadnya (semua anak memiliki buku bacaan dan buku tulis dan setiap anak wajib menulis sambil menunggu anak yang lainnya). Sedangkan dia keasyikan mengobrol dengan teman satunya yaitu Andi, ternyata andi sudah menyelesaikan tulisannya sambil menunggu teman yang lainnya baca alquran dengan ustad. Andi terlihat bosan harus menunggu teman lainnya yang masih mengaji dia ingin keluar main hanya saja teman-temannya berada didalam ruangan ta'lim, anak yang datang pertama adalah si andi sudah biasa dia datang lebih awal dibandingkan dengan teman-temannya kadang dia menunggu ustadnya didepan majlis ta'lim yang baru saja tiba, Padahal dia bisa saja menunggu didalam majlis. Ali yang baru saja selesai mengaji dengan ustadnya pergi ke tempat duduk andi sambil mengagetkan si andi " woiii... Tumben diem aja" andi tersontak kaget biasa namun rada sedikit kesal dengan ali "rese banget lo.. " ali langsung meredamkan amarah andi yang kesal "gw bercanda doang koq di... tumben lo diem aja biasanya lo rajin nulis", andi menjawab"gw udah selesai li.. bete gua nungguin anak ngaji pengen keluar kagak ada anak-anak malah pada didalam semua". akhirnya anak-anak semuanya sudah selesai mengaji dan semuanya kembali ketempat duduknya masing-masing, ali yang tadinya duduk dibelakang pindah kedepan bersebelahan dengan andi. Ali baru sadar bahwa dia belum menulis sama sekali, dengan rada-rada ketakutan dan berpura-pura sudah menulis, ali ditanya sama ustadnya "halaman berapa sekarang ali?" Ali yang kebingungan harus menjawab apa akhirnya dia berusaha jujur "belum nulis pak" ustadnya bertanya lagi "loh emang kamu dari tadi ngapain ali?", ali "anu pak tadi saya ngobrol sama andi, trus saya kelupaan". Lalu ustadnya bertanya kepada andi " andi kamu sudah nulisnya?" Andi dengan santai menjawab "sudah pak", ustad "halaman berapa sekarang andi?" Andi "halaman 10 pak" lalu ustadnya memberikan nasihat ke ali dan anak-anak semuanya "ali besok-besok nulis dulu baru ngobrolnya biar kamu gak ketinggalan nulisnya. Yaudah semuanya yang merasa belom nulis dirumah aja nulisnya sekarang kita langsung baca dan yang merasa sudah nulis seperti biasa ditulis artinya"

Hari selasa malam rabu, pukul 18:45 pak ustad baru datang ke tempat majlis karna beliau baru saja pulang dari acara haul didaerah cilandak. Semua anak-anak menunggu gurunya yang baru saja sampai ditempat majlis, ustad pun langsung salam dan masuk ketempat majlis dan menyuruh anak-anak mengaji dengannya. Andi yang datang pertama langsung maju untuk mengaji alquran dengan ustadnya, tidak seperti biasanya Andi mengaji dengan lancar suaranya pun terdengar serak atau bisa dikatakan suara Andi seperti mau habis, lalu ustadnya pun bertanya kepada Andi tentang kondisi kesehatannya "kamu sakit?(andi)", andi yang terlihat lesuh menjawab pertanyaan ustadnya dengan suara serak habis "iya nih ustad... kemarin saya pulang sore karna ada latihan upacara buat senin depan, saya ditunjuk sebagai pembina teriak-teriak mulu pas latihan". Ustadnya pun menyuruh dia kembali duduk ketempatnya lagi karena mengajinya saja suaranya suara mau habis. "Oh yaudah... kamu enggak usah ngaji dulu, nulis saja.." andi menolaknya dengan sopan "enggak apa apa ustad, nanti juga sembuh sendiri suara saya." Seakan dia merasa yakin suaranya akan sembuh dengan apa yang dia katakan kepada ustadnya. Kemudian setelah selesai mengaji Andi langsung duduk ketempatnya, giliran Ali yang maju untuk mengaji alquran dengan ustadnya, Ali berbeda dengan Andi yang sudah lancar membaca Alquran masih banyak bacaan yang kurang tepat pada makhrojnya dan panjang pendeknya, namun semangat Ali juga tidak kalah dengan Andi. Memang Ali ini bisa dibilang tidak seperti Andi yang cepat paham dan bisa, Ali ini bisa dibilang kurang cepat bisa bacaanya dengan Andi yang 1-2 kali langsung bisa dan lancar, seperti kejadian  Ali membaca mad wajib dengan harakat pendek. Ustadnya "itu mad wajib dibaca panjang bukan pendek..حُنَفَآءَ ", Ali pun membacanya dengan pendekحُنَفَاءَ", 1-2 kali masih membaca pendek hingga yang ke 4 nya baru dia membaca dengan panjang. Ustadnya pun memahami Ali yang lambat menerima pelajaran langsung sampai-sampai orang tua Ali pernah berbicara kepada ustadnya. "Maaf pak ustad, si Ali memang anak yang lambat dalam belajarnya", dengan tulusnya ustadnya pun menerima Ali sebagai muridnya  "iya.. enggak apa apa pak, saya juga dulu seperti dia (Ali), insya allah  klo sering mengaji bakal lancar.. yang penting Ali mengaji juga dirumah, bukan dimajlis doamg.."(sambil berbicara juga dengan Ali), dengan senyum-senyum Ali menganggukkan kepalanya sambil berkata "iya ustad..".

Lancar dengan tidak lancar

Hari selasa malam rabu, pukul 18:45 pak ustad baru datang ke tempat majlis karna beliau baru saja pulang dari acara haul didaerah cilandak. Semua anak-anak menunggu gurunya yang baru saja sampai ditempat majlis, ustad pun langsung salam dan masuk ketempat majlis dan menyuruh anak-anak mengaji dengannya. Andi yang datang pertama langsung maju untuk mengaji alquran dengan ustadnya, tidak seperti biasanya Andi mengaji dengan lancar suaranya pun terdengar serak atau bisa dikatakan suara Andi seperti mau habis, lalu ustadnya pun bertanya kepada Andi tentang kondisi kesehatannya "kamu sakit?(andi)", andi yang terlihat lesuh menjawab pertanyaan ustadnya dengan suara serak habis "iya nih ustad... kemarin saya pulang sore karna ada latihan upacara buat senin depan, saya ditunjuk sebagai pembina teriak-teriak mulu pas latihan". Ustadnya pun menyuruh dia kembali duduk ketempatnya lagi karena mengajinya saja suaranya suara mau habis. "Oh yaudah... kamu enggak usah ngaji dulu, nulis saja.." andi menolaknya dengan sopan "enggak apa apa ustad, nanti juga sembuh sendiri suara saya." Seakan dia merasa yakin suaranya akan sembuh dengan apa yang dia katakan kepada ustadnya. Kemudian setelah selesai mengaji Andi langsung duduk ketempatnya, giliran Ali yang maju untuk mengaji alquran dengan ustadnya, Ali berbeda dengan Andi yang sudah lancar membaca Alquran masih banyak bacaan yang kurang tepat pada makhrojnya dan panjang pendeknya, namun semangat Ali juga tidak kalah dengan Andi. Memang Ali ini bisa dibilang tidak seperti Andi yang cepat paham dan bisa, Ali ini bisa dibilang kurang cepat bisa bacaanya dengan Andi yang 1-2 kali langsung bisa dan lancar, seperti kejadian  Ali membaca mad wajib dengan harakat pendek. Ustadnya "itu mad wajib dibaca panjang bukan pendek.. حُنَفَآءَ ", Ali pun membacanya dengan pendek حُنَفَاءَ", 1-2 kali masih membaca pendek hingga yang ke 4 nya baru dia membaca dengan panjang. Ustadnya pun memahami Ali yang lambat menerima pelajaran langsung sampai-sampai orang tua Ali pernah berbicara kepada ustadnya. "Maaf pak ustad, si Ali memang anak yang lambat dalam belajarnya", dengan tulusnya ustadnya pun menerima Ali sebagai muridnya  "iya.. enggak apa apa pak, saya juga dulu seperti dia (Ali), insya allah  klo sering mengaji bakal lancar.. yang penting Ali mengaji juga dirumah, bukan dimajlis doamg.."(sambil berbicara juga dengan Ali), dengan senyum-senyum Ali menganggukkan kepalanya sambila berkata "iya ustad..".

Minggu, 14 Mei 2017

Kelupaan nulis

Hari jumat malam sabtu waktu menunjukkan pukul 18:30 WIB. Seorang anak bernama Ali (nama samaran) yang masih belasan tahu baru saja selesai membaca alquran dengan ustadnya kemudian secara bergiliran dengan temannya yang sudah menunggu, Ali yang sudah selesai membaca alquran dengan ustadnya namun dia tidak menulis catatan buku fikih yang sudah dikasih oleh ustadnya (semua anak memiliki buku bacaan dan buku tulis dan setiap anak wajib menulis sambil menunggu anak yang lainnya). Sedangkan dia keasyikan mengobrol dengan teman satunya yaitu Andi, ternyata andi sudah menyelesaikan tulisannya sambil menunggu teman yang lainnya baca alquran dengan ustad. Andi terlihat bosan harus menunggu teman lainnya yang masih mengaji dia ingin keluar main hanya saja teman-temannya berada didalam ruangan ta'lim, anak yang datang pertama adalah si andi sudah biasa dia datang lebih awal dibandingkan dengan teman-temannya kadang dia menunggu ustadnya didepan majlis ta'lim yang baru saja tiba, Padahal dia bisa saja menunggu didalam majlis. Ali yang baru saja selesai mengaji dengan ustadnya pergi ke tempat duduk andi sambil mengagetkan si andi " woiii... Tumben diem aja" andi tersontak kaget biasa namun rada sedikit kesal dengan ali "rese banget lo.. " ali langsung meredamkan amarah andi yang kesal "gw bercanda doang koq di... tumben lo diem aja biasanya lo rajin nulis", andi menjawab"gw udah selesai li.. bete gua nungguin anak ngaji pengen keluar kagak ada anak-anak malah pada didalam semua". Pukul 19:00 akhirnya anak-anak semuanya sudah selesai mengaji dan semuanya kembali ketempat duduknya masing-masing, ali yang tadinya duduk dibelakang pindah kedepan bersebelahan dengan andi. Ali baru sadar bahwa dia belum menulis sama sekali, dengan rada-rada ketakutan dan berpura-pura sudah menulis, ali ditanya sama ustadnya "halaman berapa sekarang ali?" Ali yang kebingungan harus menjawab apa akhirnya dia berusaha jujur "belum nulis pak" ustadnya bertanya lagi "loh emang kamu dari tadi ngapain ali?", ali "anu pak tadi saya ngobrol sama andi, trus saya kelupaan". Lalu ustadnya bertanya kepada andi " andi kamu sudah nulisnya?" Andi dengan santai menjawab "sudah pak", ustad "halaman berapa sekarang andi?" Andi "halaman 10 pak" lalu ustadnya memberikan nasihat ke ali dan anak-anak semuanya "ali besok-besok nulis dulu baru ngobrolnya biar kamu gak ketinggalan nulisnya. Yaudah semuanya yang merasa belom nulis dirumah aja nulisnya sekarang kita langsung baca dan yang merasa sudah nulis seperti biasa ditulis artinya"

Selasa, 02 Mei 2017

Waktu sudah menunjukkan pukul 18:20 satu persatu anak-anak berdatangan dari musholla menuju tempat majlis dengan membawa Al-quran dan buku tulis yang mereka pegang di tangan kanan mereka dengan mendekatkan ke dada mereka sebagai adab dan sopan santun dalam membawa Al-quran dan buku tulis mereka setiap berangkat ke tempat majlis, perbuatan tersebut sudah menjadi kebiasaan mereka membawa Al-quran dan buku tulis dengan mendekatkan ke dada mereka kemudian meletakkannya di tempat lekarnya masing-masing atau semacam meja kecil yang biasa digunakan ditempat majlis, rata-rata mereka semua membawa al-quran dan buku tulis tanpa menggunakan tas atau semacam kantong untuk memudahkan mereka membawa al-quran dan buku tulis, namun perbuatan tersebut tidak membuat mereka patah semangat dalam mencari ilmu.