Senin pagi, terlihat banyak siswa dan siswi yang berdatangan menuju pintu gerbang. Bel masuk biasa nya Pukul 07.30 dan saya datang pukul 07.00 untuk mengatar adik saya yang sekolah disana. Ada siswa yang diantar orang tuanya menggunakan kendaraan sepeda motor. Ada juga yang jalan kaki dari rumahnya, karena rata-rata siswa sekolah di SDIT ini rumahnya dekat. Ketika melewati pintu gerbang dan kita menengok sebelah kiri maka disitu ada 1 bangunan yang di bagi dua pintu. Ya, itu adalah kantin sekolah, yang di tempati oleh salahsatu orangtua murid. Kebetulan, saya kenal dengan orangtua murid yang menempati kantin tersebut, dua ibu kantin tersebut termasuk jamaah Yayasan yang dekat dengan rumah saya. Salahsatu dari ibu kantin tersebut adalah tetangga saya yang bernama Sukaesih. Beliau janda 3 orang anak, suami nya meninggal pada hari Jumat tanggal 28 Syaban 1437 H sehari sebelum memasuki bulan suci ramadhan. Tetangganya biasa memanggilnya Umi termasuk saya juga. Ibu kantin yang satunya tinggal di kampung sebelah yang dekat dengan SDIT namanya Siti Juriah beliau juga janda dan mempunyai 4 orang anak. Warga sekolah sangat akrab dengan mereka berdua.
Lalu ada 5 orang anak perempuan datang dari arah selatan atau ujung dari arah kiri masjid mereka mengenakan pakaian olahraga dan menggandeng tas mereka, lalu menuju ke arah jalan sempit diantara bangunan kelas 1 dan bangunan yang sedang dibangun. Terdengar seperti air hujan namun, matahari masih sangat cerah, ternyata sebuah air yang jatuh dari lantai 2 yang sedang ada pembangunan untuk ruang kelas baru, diatas terdapat 5 tukan kuli bangunan yang sedang bekerja. Disebelah bangunan yang sedang di bangun, ada rumah berwarna putih dengan 3 lantai, lantai pertama diisi dengan rumah salah seorang guru sekaligus adik dari ustadz atau pimpinan sekolah SD tersebut, di lantai dua nya untuk ruang kelas, sedangkan lantai 3 nya untuk kamar para santri yang menginap, akan tetapi kamar tersebut kosong karena para santri sedang sekolah. Kamarnya seperti kamar santri pada umumnya yang masih berantakan. Tiba tiba terdengar suara yang sangat berisik dari lantai dua bangunan yang sedang dibangun “tong, tong, tong” begitulah suaranya seperti dua buah besi yang dibenturkan.
Jam 09.05 bel Istirahat pertama berbunyi, tidak lama kemudian banyak anak anak berlarian keluar kelas sambil berteriak teriak. Nampaknya sudah waktunya istirahat, anak2 berlarian ke kantin ada juga yang bermain di depan kelas. Suasana di kantin sangat ramai. Tidak jauh dari ruang guru terdengar suara anak menangis dan terlihat beberapa anak mengerumuninya. Lalu ada seorang anak laki laki yang berlari dan berteriak sambil tertawa “haha, Cuma boongan” kemudian anak yang menangis tersebut bangkit dan berteriak mengageti teman2 yang mengerumuni dirinya sambil berlari dan tertawa.
Seorang anak bertanya “bu ini berapa?” “gopean” kata ibu kantin. Tidak lama kemudian datang ibu2 dengan membawa dua plastic hitam besar, dan menggunakan kerudung langsung berwarna merah muda. Lalu meletakkan plastik tersebut kemudian membuka pintu warung satu lagi yang sebelumnya ditutup. Langsung menarik banyak anak2, warung tersebut sudah dikerubuti 7 orang anak yang ingin membeli. Warung nya mejual makanan ringan, dan aneka minuman, gak jauh berbeda dengan warung yang sudah dibuka sebelumnya, namun yang berbeda warung disebelahnya menjual seperti sosis bakar dll. Salah seorang ana bertanya “mi, mi kembali seribu mi” wanita tersebut biasa dipanggil umi oleh anak2 karena beliau janda. Disini tidak ada persaingan antar warung karena disini sudah seperti keluarga. Tidak jauh dari warung terdapat jalan menuju belakang, dibelakang tersebut ada kebun ilalang dan cahaya matahari yang lewat sangat hangat.
Depan rumah Ustadz Muhsin (pemimpin sekaligus kepala Sekolah) ada orangtua murid yang berkunjung sambil mengucapkan salam “Assalamualaikum” lalu terdengar sautan dari dalam rumah “Wa’alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh, aissshhh uda Rizal” sapa ustadz akrab dengan orangtua tersebut. Setiap kelas susunan tempat duduknya berbeda beda, ada yang berbentuk U ada yang berbaris, ada yang mengitari kelas, susunannya berganti – ganti. Kantor dan ruangan T.U di satu ruangan karena lahannya terbatas.
Karena keterbatasan lahan, sekolah ini tidak terlalu banyak bangunan. Namun, banyak ruangan-ruangan kelas yang terpencil. Sekolah ini juga pada tahap pembangunan. Dibelakang musholla, Ada sebuah mobil besar didepan kantin tersebut, sepertinya itu adalah mobil untuk alat menyalurkan semen ke lantai dua bangunan di samping kiri musholla. Disitu ada tangga menuju lantai 2 musholla yang menjadi kelas. Sebelah rumah kepala sekolah ada ruang kelas 3C, disebelahnya lagi ada kelas 2B, dan sebelahnya lagi pintu masuknya dekat dengan pintu masuk Musholla dan letak kelasnya berada di belakang musholla. Jika dari dalam musholla dibelakang yang tadinya untuk tempat wanita sholat, sekarang menjadi kelas 1B. Setelah disamping kanan musholla (arah utara) disebelah kiri musholla (arah selatan) terdapat 5 ruangan kelas. Sebelah 5 kelas tadi ada rumah putih di dalamnya ada ruang tamu, ruang UKS, dan kamar adiknya kepala sekolah. Dibelakang rumah putih ada 1 kelas, jika kita kebelakang, ada dua lantai ke atas. Di lantai 2 terdapat 2 kelas dan di lantai 3 terdapat 2 kelas, juga terdapat tempat wudhu dan ada 1 kamar mandi. Jalan lagi ke depan menuju rumah Putih. Rumah putih ada 3 lantai, Lantai pertama yang tadi sudah disebutkan yang ada ruang UKS nya, dilantai 2 nya dipakai untuk kelas tak jauh dari tangga menuju lantai 2,5 ada 2 kamar mandi, di lantai antara 2 dan 3 terdapat 2 kamar mandi santri dan di lantai 3 ada kamarnya santri Pondok Pesantren Al – Amin.
Santri pondok pesantren Al-Amin kira – kira berjumlah 15 orang dan ada 3 orang pembimbing termasuk adiknya Ustadz. Mereka yang SMP bersekolah di luar dan yang di SD di SDIT nya ada juga yang tidak sekolah. Bel berbunyi istirahat pun selesai pukul 09.35. Ada anak yang berteriak didepan pintu kelasnya “woyyy!!! Udah masuk!!!” banyak anak2 yang berlarian masuk kedalam kelasnya masing masing. SDIT awalnya mengambil guru dari keluarga dan teman terdekat yang awalnya guru ngaji di tpa Al-Amin. Sebelumnya kelas 3B dan 3C Laki-laki yang olahraga setelah istirahat gentian kelas 3A perempuan yang berolahraga dilapangan. Melihat cara mengajar gurunya rata-rata menggunakan ceramah dan diajarkan cara berdiskusi. “ ’amma yatasaaa alun” suara anak-anak sedang membaca surat an-naba. Yang berolahraga cuacanya sedang mendukung, tidak terlalu panas dan juga tidak mendung. Ketika jam 01.00 anak – anak kelas satu sudah pulang. Saya kembali ke sekolah ini lagi pada jam 01.50 untuk menjemput adik. Normalnya selain kelas 1 dan 2, kelas 3 sampai kelas 6 bubar jam 02.00 . Ada beberapa murid yang megikuti pelajaran tambahan atau biasa disebut les. Untuk yang mengikuti pelajran tambahan, mereka pulang pada jam 03.00.